Milan – Francesco Acerbi, bek Inter Milan, mendapati dirinya terjerat dalam kontroversi dugaan sindiran rasial terhadap Juan Jesus, pemain Napoli, dalam pertandingan Serie A yang diadakan di San Siro pada Senin dini hari.
Federasi Sepakbola Italia (FIGC) telah memberikan tanggapannya terhadap insiden ini, sementara Acerbi menanggapi dengan meninggalkan skuad Timnas Italia untuk dua pertandingan persahabatan di Amerika Serikat.
Menurut laporan Mirror, insiden tersebut terjadi dalam pertandingan yang berakhir dengan skor imbang 1-1. Acerbi diduga melakukan sindiran rasial terhadap Juan Jesus, yang kemudian menjadi bahan perbincangan di kalangan penggemar sepakbola dan media.
FIGC, setelah melakukan penyelidikan terhadap insiden ini, telah membantah klaim bahwa Acerbi melakukan sindiran rasial. Meskipun demikian, insiden ini menyoroti sensitivitas isu rasial dalam sepakbola Italia dan kebutuhan akan penegakan aturan yang ketat untuk melindungi pemain dari segala bentuk pelecehan.
Reaksi dari Acerbi tidak berhenti pada penolakan FIGC. Bek Inter Milan tersebut juga mengambil langkah drastis dengan memutuskan untuk meninggalkan skuad Timnas Italia untuk dua pertandingan persahabatan melawan Venezuela dan Ekuador yang akan diadakan pada 22 dan 25 Maret di Amerika Serikat.
Keputusan Acerbi untuk mundur dari tim nasional bisa menjadi pertanda bahwa insiden ini memiliki dampak yang cukup signifikan bagi dirinya secara pribadi. Selain itu, keputusannya ini juga memperkuat keseriusannya dalam menanggapi dugaan pelecehan rasial yang dialaminya atau dilihatnya di lapangan.
Isu-isu seputar rasisme dan pelecehan rasial dalam sepakbola telah menjadi perhatian utama bagi komunitas sepakbola global dalam beberapa tahun terakhir. Insiden-insiden seperti ini telah memicu berbagai respons dari pihak berwenang dan organisasi sepakbola untuk menerapkan tindakan keras terhadap pelanggaran semacam itu.
Sementara FIGC membantah adanya sindiran rasial dalam kasus ini, kekhawatiran akan insiden semacam ini tetap tinggi. Kepedulian terhadap isu-isu rasial dalam sepakbola semakin meningkat, dan para pemain serta pihak berwenang dituntut untuk bertindak tegas untuk mencegah dan mengatasi insiden-insiden yang merugikan ini.
Langkah-langkah seperti meninggalkan skuad tim nasional, seperti yang dilakukan oleh Acerbi, bisa menjadi cara bagi para pemain untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap perilaku yang tidak pantas di lapangan.
Ini juga merupakan langkah penting dalam menegakkan prinsip-prinsip fair play dan menghormati sesama pemain, tanpa memandang ras, warna kulit, atau latar belakang lainnya.
Dengan demikian, insiden ini bukan hanya menjadi peristiwa yang mencoreng nama baik individu, tetapi juga menjadi kesempatan bagi komunitas sepakbola untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang mendasari permainan ini dan memastikan bahwa sepakbola tetap menjadi tempat yang inklusif dan aman bagi semua orang.
Semoga insiden ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen global dalam memerangi rasisme dan pelecehan rasial di dunia sepakbola.