Wanita Trauma Dapat Amplop Coklat Saat Sholat Tarawih, Ditawari Jadi Istri Kedua

Dhanesanews – Ramadan merupakan bulan yang penuh berkah bagi umat Muslim di seluruh dunia. Namun, bagi seorang wanita yang tidak disebutkan namanya, pengalaman tarawih di masjid membawa dampak trauma yang tak terduga.

Sebuah amplop coklat yang awalnya disangka sebagai surat bantuan untuk anak yatim, ternyata mengandung tawaran pernikahan yang membuatnya terguncang.

Kejadian tersebut menjadi viral di media sosial, terutama di platform TikTok, membuka diskusi luas tentang batas-batas kesopanan dan ketenangan di tempat ibadah.

Wanita tersebut enggan kembali ke masjid untuk melaksanakan sholat tarawih setelah peristiwa yang mengguncang hatinya.

Sebuah surat dari seseorang yang diduga ustaz berisi tawaran pernikahan, menimbulkan ketakutan yang mendalam dalam dirinya. Cerita ini menjadi sorotan publik setelah dibagikan oleh akun TikTok @rushkisses_.

Dalam tangkapan layar percakapan WhatsApp yang dibagikan, kronologi kejadian tersebut terungkap dengan jelas. Sebuah pesan singkat menyebutkan bahwa seorang ustaz bernama Zakir menyampaikan surat untuk wanita tersebut.

Di awal, sang wanita mengira surat tersebut berisi permintaan bantuan untuk anak yatim, namun kejutan datang saat amplop coklat itu dibuka.

Isi surat itu terbukti sangat mengejutkan. Tanpa basa-basi, sang pria yang diketahui bernama Zakir Zakaria mengutarakan perasaannya dan menawarkan pernikahan kepada wanita tersebut.

Dia mengaku merasa terpikat oleh kehadiran wanita tersebut di masjid dan ingin menjadikannya sebagai istri kedua.

“Dari awal saya melihatmu sholat di masjid, hati ini berdebar kencang, saya tidak bisa basa-basi. Saya ingin meminangmu untuk menjadi istri kedua saya,” tulis Zakir dalam suratnya.

Selain itu, Zakir juga menekankan bahwa dia memiliki kemampuan untuk menjadi imam dan memperlakukan istri dengan adil. Namun, tawaran tersebut jelas mengagetkan dan mengganggu bagi wanita yang menjadi sasaran tawaran tersebut.

Reaksi wanita tersebut pun tak pelak membuatnya trauma. Dia mengungkapkan keengganannya untuk kembali ke masjid dan melaksanakan sholat tarawih selama Ramadan 2024.

Pengalaman tersebut memberikan gambaran betapa pentingnya menjaga ketenangan dan kenyamanan di lingkungan ibadah, serta pentingnya menghormati batas-batas pribadi dan kesopanan.

Peristiwa ini juga menyoroti perlunya kesadaran akan perlindungan terhadap perempuan di tempat-tempat ibadah. Bahwa sebuah tindakan sepele seperti memberikan sebuah surat tawaran pernikahan tanpa persetujuan atau permintaan sebelumnya dapat memiliki dampak yang sangat traumatis bagi seseorang.

Sebuah insiden yang semestinya menjadi momen spiritual dan penghayatan keagamaan, berubah menjadi pengalaman yang menyakitkan dan mengganggu bagi seorang wanita yang hanya ingin melaksanakan ibadah dengan tenang dan damai.

Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih memperhatikan etika dan keamanan di tempat ibadah, serta menghormati privasi dan keselamatan individu.