Yogyakarta – Pada tanggal 7 Maret 2024, jemaah Aolia kembali menetapkan hari raya Idul Fitri lebih awal, lima hari sebelum penetapan resmi pemerintah. Hal ini bukanlah hal baru bagi warga di sekitar, yang telah terbiasa dengan keputusan ini.
Aktivitas puluhan warga yang tergabung dalam jemaah Aolia telah menjadi tradisi yang dilakukan sejak dulu, demikian diungkapkan oleh Lurah setempat, Sutarpan.
Menurut Sutarpan, masyarakat telah beradaptasi dengan penentuan waktu Idul Fitri yang lebih awal oleh jemaah Aolia. “Kami sudah terbiasa dengan ini, sehingga jika mereka merayakan lebih cepat, warga di sini hanya bisa toleransi dan menghormati,” ujarnya.
Pertemuan antara jemaah Aolia dan masyarakat setempat berlangsung dalam suasana yang harmonis. Sutarpan mengungkapkan bahwa hubungan antara kedua pihak selalu didasarkan pada saling pengertian dan kedamaian.
“Tidak pernah ribut-ribut. Kami di sini ya damai saja. Mereka ibadah ya silakan. Tidak ada yang merasa terganggu,” tambahnya.
Keberadaan jemaah Aolia dan aktivitas mereka selama bulan suci Ramadan tidak pernah mengganggu kenyamanan warga sekitar. Masyarakat setempat menerima dengan baik perbedaan pendapat ini dan menunjukkan sikap toleransi yang tinggi.
Sutarpan menekankan bahwa selama perayaan Idul Fitri, terlihat jelas bagaimana hubungan harmonis antara jemaah Aolia dan masyarakat sekitar dapat terjaga. “Kami telah terbiasa dengan perbedaan ini.
Mereka punya keyakinan mereka, dan kami punya yang kami yakini. Yang terpenting adalah saling menghormati dan menjaga kedamaian bersama,” katanya.
Sementara itu, penetapan resmi waktu Idul Fitri oleh pemerintah menjadi acuan bagi sebagian besar masyarakat. Meskipun demikian, keberadaan jemaah Aolia yang merayakan lebih awal tidak menyulut konflik di lingkungan tersebut.
Dalam konteks kebhinekaan dan toleransi beragama, kehadiran jemaah Aolia memberikan contoh bahwa perbedaan keyakinan tidak harus mengganggu kedamaian sosial.
“Kami senantiasa mendukung kebebasan beragama dan menghormati pilihan masing-masing umat dalam menjalankan ibadah,” tambah Sutarpan.
Dengan berbagai perbedaan yang ada, semangat saling menghormati dan menjaga kerukunan tetap menjadi nilai utama dalam kehidupan beragama di wilayah tersebut.
Semoga perayaan Idul Fitri kali ini memberikan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua umat Muslim, tidak peduli pada tanggal berapa mereka memutuskan untuk merayakannya.