Jakarta – Joko Pinurbo, salah satu sastrawan terkemuka Indonesia, meninggalkan dunia pada hari ini, meninggalkan kesedihan mendalam di kalangan penggemar sastra.
Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 06.03 WIB di RS Panti Rapih, Yogyakarta. Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Mirna Yulistianti, Editor Senior Sastra GPU, yang menerima pesan duka dari istri almarhum, Mbak Nur, melalui WhatsApp pada pukul 07.14 pagi hari ini.
Joko Pinurbo telah lama berjuang melawan penyakitnya dan sedang menjalani perawatan di RS Panti Rapih sebelum akhirnya berpulang.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 11 Mei 1962, Joko Pinurbo telah dikenal sebagai salah satu penyair terbaik Indonesia sejak masa remajanya. Cintanya pada puisi membawanya untuk mengejar pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pria yang akrab disapa Jokpin telah mewariskan warisan puisi yang menginspirasi. Beberapa karyanya termasuk “Celana” (1999), “Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung” (2007), “Di Bawah Kibaran Sarung” (2001), “Pacarkecilku” (2002), dan “Telepon Genggam” (2003). Karya-karyanya memberikan warna baru dalam dunia sastra Indonesia.
Selain puisi, Joko Pinurbo juga terkenal melalui antologi sastra seperti “Tugu” (1986), “Tonggak” (1987), “Sembilu” (1991), dan “Ambang” (1992), yang semuanya menjadi bagian penting dari perkembangan sastra Indonesia.
Kepergiannya menorehkan kekosongan yang dirasakan oleh komunitas sastra Indonesia.
Para penggemar dan para sastrawan akan selalu mengenang jasa dan dedikasinya dalam melestarikan keindahan kata-kata.
Joko Pinurbo, dengan karismatiknya, telah mengilhami banyak generasi dengan kepekaan dan keindahan sastra.
Joko Pinurbo akan dikenang sebagai seorang visioner, penyair sejati, dan seorang inspirator.
Karyanya akan tetap hidup dalam hati para pembaca yang terinspirasi oleh kelembutan dan kecerdasannya. Selamat jalan, Jokpin.
Sumber: Detik.com