Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat mendesak ByteDance untuk melepaskan kendali TikTok, mengancam akan memblokir aplikasi tersebut jika ByteDance menolak menjualnya.
Namun, ByteDance bersikeras bahwa algoritma canggih TikTok adalah aset vital yang tidak bisa dipisahkan dari bisnis mereka di Amerika Serikat.
Menurut empat sumber Reuters di AS, ByteDance enggan menjual TikTok karena algoritmanya dianggap lebih penting daripada pendapatan atau jumlah pengguna aplikasi tersebut.
Algoritma TikTok telah menjadi sorotan industri teknologi karena kecanggihan dan kemampuannya dalam memahami minat pengguna, bahkan di luar lingkungan “grafik sosial” seperti yang dimiliki Instagram atau Facebook.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, menjelaskan bahwa algoritma TikTok berbasis “sinyal minat”, yang memungkinkan aplikasi ini untuk secara dinamis melacak perubahan minat dan preferensi pengguna.
Teknologi ini telah menjadi inti dari kesuksesan TikTok, yang menggabungkan algoritma cerdas dengan format video pendek yang dirancang khusus untuk perangkat seluler.
Menurut Catalina Goanta dari Utrecht University, TikTok berhasil membuat sistem rekomendasi berbasis minat lebih efektif daripada aplikasi sejenis lainnya, berkat penggunaan format video pendek yang memungkinkan pengumpulan data dengan cepat.
Jason Fung, mantan bos unit game TikTok, menambahkan bahwa video pendek membuat TikTok dapat mempelajari preferensi pengguna dengan lebih cepat daripada platform lain yang memiliki video berdurasi lebih panjang.
Selain itu, TikTok juga berhasil memanfaatkan pengelompokan pengguna melalui hashtag untuk memahami perilaku, minat, dan ideologinya dengan lebih baik.
Strategi ini telah membantu TikTok mempertajam pemahaman mereka tentang pengguna, sehingga mampu mempertahankan keterlibatan pengguna dalam aplikasi.
Namun, keunggulan utama TikTok bukan hanya pada teknologinya, tetapi juga pada sumber daya manusianya. ByteDance menggunakan tim pemberi label (annotator) untuk memberikan label khusus kepada setiap konten dan pengguna.
Aktivitas ini, meskipun memerlukan upaya manual yang besar, telah menjadi kekuatan TikTok dalam memahami preferensi pengguna secara mendalam.
Dengan semua keunggulan tersebut, TikTok telah menjadi percontohan bagi industri media sosial, mempengaruhi langkah-langkah serupa dari Instagram dan YouTube dalam mengadopsi format video pendek.
Namun, TikTok tetap unggul dengan teknologi dan strategi yang telah mereka kembangkan selama bertahun-tahun.
Meskipun terjadi tekanan dari pemerintah AS, ByteDance tetap bertahan dengan keyakinan bahwa menjaga kendali atas algoritma TikTok adalah kunci untuk mempertahankan posisi mereka di pasar aplikasi seluler global.
Dengan teknologi yang semakin canggih, TikTok terus menghadirkan tantangan baru bagi pesaingnya, menegaskan posisinya sebagai pemimpin dalam inovasi media sosial berbasis video pendek.